Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meminta manajemen PT Bank Syariah Indonesia (BSI) serius menjaga keamanan data dan dana nasabah menyusul terjadinya serangan ransomware terhadap bank ini sejak pekan lalu. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, pihaknya belum membahas soal sanksi yang mungkinkan akan dikenakan kepada BSI. "Saya tidak lakukan ataupun membahas hal itu karena saya rasa upaya utama saat ini adalah benar benar mendorong supaya proses (perbaikan) tadi yang sampaikan berjalan sesegera mungkin," ujarnya di sela Fintech Policy Forum di Pakarti Centre Building, Jakarta, Selasa (16/5/2023).
Dia menekankan BSI perlu mengembalikan kepercayaan nasabah pasca gangguan tersebut agar tidak terjadi rush atau penarikan uang secara massal. "Saya yakin hal itu pasti merupakan prioritas BSI bsi yang sudah memiliki tingkat kepercayaan masyarakat daripada nasabahnya dengan baik. Saya rasa tentu mereka tidak mau kehilangan sedikitpun terhadap rasa kepercayaan itu," pungkas Mahendra. Layanan perbankan BSI mengalami gangguan sejak Senin (8/5/2023) karena serangan ransomware.
Gangguan mencakup layanan kantor cabang perbankan, mobile banking, dan juga Anjungan Tunai Mandiri (ATM) BSI. 20 Contoh Soal Ekonomi Kelas 11 Semester 1 Kurikulum 2013 dan Kunci Jawaban, Pilihan Ganda Transaksi Cashless Terus Meningkat, BSI: Terima Kasih Atas Kepercayaan Seluruh Nasabah
OJK Fokus Recovery Dana Nasabah Pasca Tutup Asuransi Kresna Life Pengungsi Rohingya Terus Bertambah, Mahfud MD: Dia Berhenti di Indonesia dan Enggak Mau Keluar Lagi "Kami menemukan indikasi adanya dugaan serangan siber, sehingga kami perlu melakukan evaluasi dan juga melakukan temporary switch off beberapa channel untuk memastikan sistem kami aman yang ada di BSI," kata Direktur Utama BSI Hery Gunardi di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
"Terkait dengan adanya dugaan serangan siber, pada dasarnya perlu pembuktian yang lebih lanjut melalui audit dan juga digital forensik," kata dia.
